Koko Putih Milik Guru Besar
Aroma bumbu penyedap dan monosodium glutamat seketika menyerbak ke seisi lorong dapur kontrakan mahasiswa Sejarah semester pailit. "Kau lapar jam segini, Mat?" kata seorang kawan Bugis yang kebetulan masih sibuk mengerjakan revisi skripsi sampai jam tiga dini hari. "Iya, Ndi, dari siang aku lupa makan. Kau mau mie?" tanyaku ke Daeng Andi. "Engga, terima kasih. Aku hanya iba melihat sarjana muda sepertimu makan mie tiga hari berturut-turut," kata Andi sambil memicingkan mata dan senyum meledek ke arah mieku. "ah, berlagak gila kau, Ndi. Kau tak ingat, seminggu yang lalu kau bertahan hidup dengan kuah mie dan nasi setengah basi sisaanku.” timpalku. “Bila kau lapar, ambil lah bubur instan milikku di lemari, barangkali otak mungilmu tak kuat menahan segepok revisi malanutrisi dari Prof. Kukuh," sarkasku sambil meninggalkan dapur dan Andi. Suap demi suap mie instan kusantap bersama alotnya kerupuk melarat yang wadah toplesnya alpa ditutup rapat. Pelan...


