Kalau Aku Bagaimana

Kalau biasanya kalian akan menemukan penggalan lirik lagu atau beberapa bait puisi di awal ceritaku, kali ini simpan dulu ekspektasi itu. 

Aku katakan, tulisan ini akan berbeda dari sebelumnya. Kalian tak akan menemukan rima-rima indie di akhir kalimat, semua akan mengalir begitu saja. Maklum, aku sedang pusing, kalau terlalu banyak mikirin rima, akan sampai kapan tulisan ini sampai ke kalian. Tak ada rima, yang ada hanya kesah, jangan terlalu menghayati, kalian masih punya banyak urusan untuk dihadapi, dan jangan mengurusi urusanku, aku masih cukup mampu. Tak apa kalau kalian tidak menyukai tulisan ini, toh ini dibuat bukan untuk kalian. Kalau kalian suka, tak apa, tetapi jangan menyukaiku, perihal menyukai aku belum mampu. Ya, sesimpel itu. 

Untuk seseorang yang sengaja aku jadikan inspirasi cerita, tolong jangan kegeeran, aku menulis ini sebab aku ingin menulis, sesimpel itu. Sebelum kau kesal dan memaki-makiku di chat, aku minta maaf. Mungkin akan banyak kata kasar yang terlontar, tetapi ya sudahlah namanya juga aku, suka begitu.

Sumber: Pinterest

Begini ceritanya, mungkin seminggu yang lalu, aku malas menunjukkan waktu spesifiknya, nanti dikira memerhatikan kau banget, kan malas jadinya. Ketika kau membalas cerita berkalaku, dengan menyuruh segera tidur, padahal aku sedang mengerjakan tugas dan besok pagi adalah deadline-nya. Tugas segera aku selesaikan, copas sana copas sini, comot sana sini, mengarang indah, dan akhirnya selesai malam itu juga. Anehnya kau belum juga terlelap, malah menanyaiku beberapa pertanyaan. Aku duga kau sedang rindu malam itu tetapi malu mengakuinya. 

Kau balik bertanya, "Kangen ga sama gue?" 
"Kangen sih tapi biasa aja" jawabku. 
Sebab aku terlalu sibuk, begadang tiap malam, mengerjakan tugas demi tugas, kelas yang begitu padat, senin sampai sabtu masuk pukul tujuh, dan hari minggu untuk tugas olahraga. Aku terlalu sibuk sampai kau kira aku gengsi ngechat-mu lebih dulu, padahal tidak seperti itu. Ya biasa saja, aku tidak pernah ngechat-mu karena aku sibuk dan tidak sedang bosan. 

Kalaupun aku bosan, aku tidak kepikiran ngechat-mu, sesimpel itu. Aku juga tau kau sedang sibuk, aku bahkan turut kasihan padamu, sebab kau masih berkutat dengan angka-angka, seperti pelajar yang sedang belajar MTK; aljabar, linear, pecahan, statistika, aritmatika, ah fuck lah semuanya. Coba kau lihat aku, merdeka, cuman perlu baca-baca dan ngolah kata-kata, sayang, tugasnya yang tidak kira-kira. 

Bagiku, kau bukan sekadar urusan matematika
Kau lebih dari itu, menjahit rapat luka lama
Membangkitkan kembali harap dan asa

Sekali lagi, aku tidak pernah gengsi, mungkin esok pagi atau malam lusa aku ngechat-mu, mungkin, kalau aku tidak lupa. 

_______________

"Kalau menurut lu, gua gimana?" 
Jujur, kau adalah penghancur idealisme. Aku pernah katakan, "Aku tidak akan berubah hanya karena wanita." Tetapi perlahan pudar karena dirimu. Bukan karena tumbuh rasa, tetapi lebih karena ingin berjuang bersama. Bukan kerena takut kehilangan, tetapi lebih karena takut kau berjuang sendirian. Bukan karena takut kesepian, kalau tentang kesepian, aku terlalu sering kesepian, tetapi bukan karena itu, lebih karena ingin tetap beriringan agar kau tak menyerah di tengah jalan. Namanya juga dirimu, nyerah melulu. 

Aku yang dulu sangat keras, kasar, frontal dan berlebihan, perlahan jadi lemah. Jujur, itu bukan aku tetapi mau bagaimana, kau sering bawa perasaan. Dibilang baperan, kau tak terima, tetapi memang seperti itu adanya, ah fuck lah. Kalau aku ngomong anjing, kau langsung marah, bilang anjay, kau malah ketawa, aneh banget lah. Kalau meledek dirimu aneh, kau membantah, memujimu pintar, kau lebih membantah. Mengecap dirimu religius, kau tak suka, melabeli dirimu malas beribadah, kau malah marah-marah, mending kau datang bulan saja. Saat datang bulan, selalu kau tak berselera, aku ajak cerita, kau iya-iya saja, aku ajak ghibah, kau bilang aku banyak dosa, ga salah sih, tetapi kau menikmati setiap ghibah yang aku kasih. 

Disuruh belajar, kau malas, gagal ujian, kau tampak memelas. Saat aku coba semangati, katamu tak berpengaruh, aku balik memaki, kau tambah terpuruk, serba salah. Jadi bingung, aku ini apa. Saat aku memilih baca buku ketimbang lanjut cerita, kau bilang aku jahat, saat aku jujur menjawab tidak peduli dengan ceritamu, kau bilang aku lebih jahat. Saat aku meminta maaf, kau memaafkan, tetapi saat aku bercerita kembali, kau bilang tak peduli. Aku makin tersudut. Kembali meminta maaf, katamu biasa saja. Saat aku biasa saja, kau bilang aku lebih kaku dari sebelumnya, saat aku mencoba seperti sebelumnya, kau yang tak pernah sama seperti sebelumnya, ya sudah lah, aku yang salah. Namanya juga aku, suka begitu, tak bisa sesimpel itu. 

Aku yang berubah karena ingin menemanimu berjuang, malah dibilang "Jadi lu berubah cuman karena takut gua baper, bukan karena emang lu ngeliat itu baik?" Begini aku kasih tau, "Baik itu relatif, aku yang ngomong kasar, keras, frontal, atau berlebihan bukan berarti tidak baik, tetapi bukan juga berarti baik. Baik atau buruk itu relatif, tergantung perspektif, sudut pandang, dan cerita orang."

_______________

Kau mengajariku bagaimana mengetik yang baik. Memarahiku saat kurang menggunakan tanda baca, mengutukku ketika mengucapkan kata serapah. Rumit dan kalis.

_________

Kita dikutuk bebas untuk menjadi apa yang kita mau, yang terpenting menjadi diri sendiri. Untukmu, aku ingin ucapkan terima kasih. Ada gunanya ternyata menjadi lemah lembut, terlebih saat ini, aku harus menyesuaikan dengan lingkungan yang baru. Jadinya aku perlu berhati-hati, kalau tidak, akan banyak hati yang tersakiti, dimusuhi, dan menjadi penyendiri dalam menjalani studi. Menjadi lebih lembut aku bisa, menghadapi wanita, aku tak bisa, apalagi wanita seperti dirimu. Bayangkan saja, saat aku sudah mulai tertarik dengan dunia politik, hukum, HAM, dan filsafat, Sedang kau masih terus menanyakan, "Malam ini enakan makan mie atau Mcd?" 

Tidak salah sebenarnya, hanya sedikit kesal saat mendengarnya, jika aku terus terang dengan mengatakan, "Ga ada yang enak, keduanya makanan sampah!" Mungkin kau akan marah, dan berkata, "Alah, kalau ada juga dimakan." Ya pasti, kalau hanya tinggal makanan itu yang ada dihadapanku, pasti sudah aku habisi. Sangat sulit jika sudah berdebat makanan mana yang paling enak, tetapi harusnya tidak perlu serumit itu. Kau bisa makan apapun, orang gila yang tidak makan seharian saja masih bisa hidup di jalanan. Semoga kau tidak menjadi gila. Semoga kau tidak terlalu sering makan makanan sampah. Semoga kau tidak menjadi sampah. Semoga kau tidak menjadi lebih rumit. Semoga rumit tidak menjadi kau. Semoga tidak ada wanita serumit kau, kalaupun kenyataannya semua wanita itu rumit, ya sudah gapapa, toh aku pernah menghadapimu, walaupun aku kalah telak. 

Jika terus mendesak bertanya, "Apakah ada perasaan yang tumbuh dalam diriku?" Aku ingin menjawab, "Mungkin ada perasaan itu, akan terlalu hipokrit jika aku bilang tidak. Mungkin kau lebih peka terhadap perasaan itu, sedangkan aku tidak terlalu." Harus diakui kau wanita yang pandai walau kekanak-kanakan, mungkin tidak kekanak-kanakan juga tetapi lebih ke wanita yang haus perhatian dan butuh didengarkan. Lumayan cantik dan menarik dari segala hal. Lucu tetapi bawel. Dan jujur, aku ini tipe orang yang malas mendengarkan cerita yang tidak penting, tidak tertarik bahkan. Kalau boleh dianalogikan, mungkin akan seperti ikan badut di akuarium. Masalahnya satu, akuarium bukan tempat alamiah dari ikan badut, lautan adalah tempatnya. Sebab di sana ikan badut bisa berenang bebas dan menemukan anemon laut yang selalu bisa menjaganya dari segala ancaman. Harus diakui bahwa tak ada yang lebih menyenangkan ketimbang berhasil menemukan tempat alamiah kita, melebur jadi satu hingga satu frekuensi. Pergi dan lakukanlah! Tunggu apalagi! Ada banyak anemon laut yang menunggumu di sana. 

Patut ditunggu akan jadi apa dirimu nanti. Tetapi aku mohon padamu, jika ditanya tentang "Siapa idolamu?" Tolong jangan jawab "Marcus Aurelius" lagi. Anjing lah, itu jawaban paling aneh buat seseorang baru baca dua lembar buku Stoikisme. Silahkan kau bersenang-senang di Barat, cari semua yang mau kau cari, alami yang kau ingin alami, temui apa yang ingin kau jumpai. Jangan lupa bawa kedua buku yang aku berikan. Mungkin di sana kau bisa jadi orang yang lebih praktis atau menjadi feminis. Tetapi tidak mungkin juga kau menjadi feminis, masa iya nanti kau orasi di atas mobil bak atau long march saat hari perempuan, mungkin yang ada kau malah ketiduran di kosan. Terserahlah, tadi aku hanya bercanda, tak peduli kau jadi apa, yang penting kau mencintainya dan berlaku apa adanya. Dan cobalah masuk tahap mencintai bukan lagi menyukai, sebab dalam mencintai kau akan sungguh-sungguh menjaga, memelihara, merawat, dan melindungi bukan lagi tentang rasa ingin selalu memiliki saat kau mulai menyukai.

_______________

Pergi memang tak pernah bisa dijadikan alasan penolakan yang logis. 
Menumbuhkan kecewa di masing-masing hati, 
Menancapkan takut yang tak bisa dipahami.

__________

Selalu ada buat gua ya, jangan capek ngingetin gua untuk minta sama Tuhan, you're my best support system. 

__________

Apa kau masih ingat buku kumpulan soal ujianmu? Yang sampul depannya macan dan susu. Yang selalu kau buat pamer dan anggap lucu. Bukankah di halaman belakangnya adalah aku? Yang selalu kau lihat dan cari saat kau mulai suntuk? Jangan dibuang buku itu, barangkali kau bisa melihatnya lagi saat mulai rindu.

____________

Waktunya habis, misinya tuntas, selesai sudah.





Raihan Immadu
Pamulang, 7 Nov 2020
Selamat membaca
Semoga bahagia

Komentar

  1. Menurutku, sepertinya kamu harus bermain dengan kami.
    Namanya juga aku, suka begitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. berarti selama ini aku tersesat yaa? Aah namanya juga aku, suka sesuatu yang baru.

      Hapus
  2. aiih kirain udah anti sama cinta-cintaan gitu, jangan politis-politis lah otak gua ga nyampe hahahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa pengennya juga gitu, lagi baca-baca tulisan lama tapi ga yakin bisa nulis se-puitis itu lagi masalahnya. hidupnya ku sudah ga se-roman itu soalnyaaaaa

      Hapus
  3. tapi klo dapet wanita yang suka orasi atau long march saat hari perempuan gimana tuh bung?

    BalasHapus
    Balasan
    1. gapapaa sih sebenernya, cuman takut serius bgtt gitu nanti. Ala-ala hubungan Sartre sama Simeone de Beauvoir, yang ada pusing hidup gua bung HAHAHAHAHA

      Hapus
    2. Bicara Sartre dan Simone de Beauvoir, sudah menemukan perempuan yang mirip Beuavoir belum bung kalo Anda Sartrenya? Hahaha, saya jadi penasaran sama percintaan orang progresif kayak bung. Seru aja liatnya kalo pasangan sama-sama melawan

      Hapus
    3. perlu saya luruskan nih bung
      1. Saya bukan Sartre
      2. Saya tidak progresif
      dan saya juga penasaran bung bagaimana keseruan hubungan dari pasangan yang sama-sama melawan, kayanya hidup mereka konflik mulu yaaa hahahahaha

      Hapus
  4. Saran saya bung, cari perempuan bung yang suka long march, orasi, dan bahas-bahas politik, hukum, HAM, filsafat aja supaya nggak perlu tanya mau makan McD atau mie. Paling dia nanya, mau Kamisan atau ke Kios Ojo Keos ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduhh boleh tuh bung perempuan yang kaya gitu, tapi klo bisa jangan anak fijar nanti gua kalah progresif HAHAHAHAHA. takutnya ditanya "mau kamisan atau diskusi di keos?" dijawab, ga ah mau langsung ke rumah bu Sumarsih sama Cak Sili aja HAHAHAHAHAHAAHA

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer