Setelah Kehilangan Kami Merayakan

Di kala senja
Di rumah kedua
Kita bersama
Bahas tentang dunia

Tak ada wanita
Yang ada hanya cinta
Kita bersama
Tetapi sering lupa
Kau selalu Ada

___________________

Langsung pada inti pembahasannya saja. Kemungkinan besar aku tidak akan berkunjung ke rumahmu tahun ini. Maaf, kalau aku tidak bisa meluangkan 1 hari dari 365 hari yang aku miliki untukmu. Aku harap kau tidak bersedih karena itu, sebab doaku akan terus berkeliaran di rumput-rumput rumahmu yang mulai memanjangkan itu. Aku ingat betul saat terakhir kali berkunjung, rumahmu tampak tidak begitu teratur, tidak kotor tetapi hanya sedikit kurang istimewa dibanding rumah sebelahmu. 

Aku menulis sebagai permintaan maaf karena gagal menemuimu tahun ini. Aku ingin menceritakan sedikit hal tentang masa ini. Masa di mana kondisi tidak baik-baik saja. Kesedihan dan kesusahan menjadi lazim aku temukan di rumah dan jalan. Keadaan yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya. Kondisi yang tidak pernah kau harapkan sebelumnya. Maka, perhatikan baik-baik, aku tidak lagi mendongengkan cerita sedih. Aku ingin kau tau bahwa akan selalu mengingatmu dan menceritakan kisahmu, jika aku mampu. 

__________________


Tulisan ini hadir untukmu yang jauh di lorong sana

Sumber: Google

_______________


Tepat 2 tahun setelah kau pergi, aku dan kawan-kawan berhasil lulus. Sesuatu yang selalu kita harapkan sebagai seorang pelajar. Sayang, Tuhan lebih sayang padamu. Aku katakan demikian, sebab prosesi kelulusan ini tidak seistimewa yang kita bayangkan dahulu. Tak ada gedung, tak ada nostalgia kelas 10, tidak ada sepatu pantofel keren, tidak ada foto di balik tipuan rak buku. Tak ada semuanya. Aku dilarang keluar, dilarang berpelukan, dilarang berdekatan, dilarang, dilarang, dan dilarang. Untuk seorang yang lebih banyak menghabiskan waktunya di luar, jelas, ini ujian terberat kedua untukku. Pertama tetap, kehilangan sosokmu. 

Perayaan kelulusan kemarin memang tidak terasa mewah apalagi istimewa. Yang membuatnya istimewa adalah kejadian setelahnya. Ya, nasib akan kemana aku dan kawan-kawan setelah lulus sekolah. Kabar baik untukmu yang jauh di lorong sana. Kawan-kawan yang kita pikir dulu tidak akan punya masa depan cerah, hari ini meruntuhkan anggapan minor itu. Mereka yang leha-leha saat pembelajaran atau bolos ketika bel pertama pun belum dibunyikan, hari ini bisa tertawa lepas. Ada yang di kampus nomor satu, ada juga mahasiswa seni, ada yang di luar pulau, ada yang memilih jadi barista, ada yang fokus pada pengembangan agama, pengusaha, bahkan sampai ada yang betul-betul jadi pegawai negara. 

Kebahagiaan terlihat jelas di wajah-wajah mereka.

Berita baik selanjutnya, kami masih berhubungan baik satu sama lain. Saling berbagi cerita baru, rokok, minum, link kotor, dan pamer pasangan dari lingkungan baru yang kami jalankan. Hampir rutin seminggu sekali kami berkumpul. Kadang berolahraga kadang duduk-duduk sampai subuh tiba. Malam hari kami habiskan dengan sangat brutal, bertarung ide sampai melempar fitnah pada siapapun yang ada di depan mata. Kami tertawa dan malam resmi kami punya. 

Dua tahun berlalu begitu cepat. Saking cepatnya aku masih ingat saat kau ketakutan saat ditelpon ayahmu untuk segara pulang sekolah. Perawakanmu memang besar dan menyeramkan tetapi sebenarnya tidak semenakutkan itu. Pernah suatu ketika kau mengambil baju orang lain yang jelas-jelas tidak muat di badanmu. Pernah juga kau berbicara dengan daun saat ospek sekolah. Kau juga pernah tidak mengerti bagaimana membeli rokok yang benar. Padahal menurutku dengan perawakan seperti itu, kau bisa saja memukul si penjual rokok agar memberimu satu kaleng rokok filter secara gratis. Kenyataannya hal itu tidak pernah terjadi, malah kau menjadi bulan-bulanan kawan karena muka ketakutanmu akibat digertak penjual rokok tadi. 

Kejadian-kejadian yang menimpamu dahulu kadang masih sering aku dan kawan-kawan lain bicarakan. Berandai-andai situasi dua tahun yang lalu tidak pernah terjadi dan kau masih bisa duduk-duduk di sini. Bercerita dan melakukan hal aneh lain yang membuat semua orang tertawa saat melihatnya. Kau adalah sosok yang tak tergantikan tetapi sering kami berharap ada yang bisa menggantikanmu. Terdengar kejam namun begitulah kenyataannya, sosok yang amat berarti bagi kawanan pengacau ini.

_________________

Menerka-nerka kalau kau hadir malam ini lalu muncul tiba-tiba di tengah kami semua. Ikut melempar candaan tentang keadaan di lorong sana, membagi tips cara menjawab pertanyaan suci, atau mengomentari kehidupan semu ini. Hal yang seram jika terjadi tetapi menyenangkan saat dibayangkan. Datanglah sesakali dan obati rasa rindu kawananmu ini. Mohon sebelum hadir, beri kami tanda kedatanganmu. 

Rasa penasaran yang menghantui tentang apa yang kau lakukan di ujung sana, mungkin kau sedang memerhatikan kami di dunia atau bisa jadi kau hanya tinggal menunggu waktunya tiba. Sejujurnya, kurang etis membicarakan hal ini terlebih ketika aku tidak bisa bertamu ke rumahmu. Seorang yang katanya begitu kehilangan sahabatnya tetapi saat ini menemui saja tidak. Tidak masuk akal seorang mahasiswa baru sibuk 7 hari 7 malam. Kalau bukan karena malas berkunjung apalagi motifnya. Benar, kata orang bijak di televisi, "Yang bukan prioritas tak akan pernah diperjuangkan." 

Jika memang malas dijadikan alasan dari keenganan kunjungan, lantas apakah masih ada doa-doa yang bisa terucapkan? Aku sendiri ragu mengatakan demikian. Mungkin benar aku termasuk seorang yang taat tetapi apakah ketaatan itu juga dibarengi dengan rasa peduli pada sesama? Lagi-lagi aku ragu mengatakan. Solatku terlalu cepat, cepat sekali sampai aku ragu bisa menghadirkan Tuhan dalam solat-solat itu. Doapun aku seadanya, teringat namamu apalagi, mungkin hanya sesekali. Bagaimana bisa doaku untukmu sampai ketika berdoa saja diriku tak pernah selesai.

Mengakui bahwa aku tidak pantas menjadi kawan terbaik. Kepergianmu tidak pernah aku jadikan makna dari keabadian. Semuanya hilang saat kau tak ada. Nostalgia-nostagia yang aku jadikan pemanis di awal hanya sedikit yang benar-benar kami lakukan. Perihal bertemu benar, perihal membicarakannu kadang, perihal menunggu dirimu datang bohong. Hinanya aku yang membuat dirimu tampak berarti tetapi tak ada sebuah usaha mengartikan. Jahatnya aku yang menganggap kau istimewa tetapi menghindar percakapan yang ada. 

Sebagai penutup dari seorang yang bukan kawan baikmu, aku masih memiliki ada satu harapan, "Semoga orang lain masih banyak yang mendoakan dan memenuhi pekarangan rumahmu. Semoga dengan itu dirimu sampai. Aamiin." 

Maafkan aku, tetap bahagia di lorong sana. 

_________________

Maafkan kami 
Yang tak pernah peduli
Lupakan diri selama ini

Merasa paling jatuh
Tanpa pernah bertamu
Merasa paling kehilangan
Tetapi tak mendokan

Maafkan 
Maafkan 

Komentar

  1. sebagai pembaca setia tulisan-tulisanmu, seneng banget bisa baca tulisanmu lagi. lanjutan dari cerita sebelumnya yang tentang sahabatmu, suka banget sama kata-katanya. kayanya sahabatmu itu bakal seneng melihat tulisanmu kali ini tapi sebisa mungkin kunjungi juga ia kalo kamu mampu. tapi pasti sahabatmu bisa lebih seneng kalo tau kamu punya pacar sih yahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAHAHAHAA BISA JADI TAPI ENGGA JUGA AAH HAHAHAHA. MAKASIH YAA SUDAH MENGAPRESIASI, SENENG JUGA BISA MEMBUAT ORANG LAIN SENENG ATAS TULISAN-TULISAN SAYA

      Hapus
  2. kerennn han semangat terus ya nulisnya, harusnya bikin buku aja gasih dari tulisan-tulisan di blog

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer