Hantaran Oktober Dewi Nemesis

Lewat bisikan samar dari Dewi Nemesis pagi tadi, aku menjumpai catatan penting dari naskah drama yang hilang selama beberapa bulan terakhir. Meski tidak seluruhnya penting, tapi beberapa bagian patut untuk ditulis ulang di sini. 

Baik, akan kumulai dari bagian yang tidak terlalu penting dahulu. Aku mengetahui keadaanmu yang baik-baik saja, hampir bergelimang uang, sedang melakukan bimbingan, dan isi laungan jurnalmu tentang pria-pria yang sedang kamu dekati. Beberapa ada foto dan screenshot obrolanmu dengan gebetanmu yang entah lewat aplikasi apa. Keluh kesahmu tentang rasa serta kode-kode aneh yang aku tak paham untuk target gebetanmu yang mana. 

Bagian pentingnya, aku sudah sepenuhnya sembuh dari fase ini. Fase di mana aku tak lagi riweuh apalagi sendu melihat tingkahmu yang sedemikian liar itu. Meskipun aku masih perlu menghela napas panjang sewaktu melihat isi caption di foto bunga ungu-putih yang gebetanmu berikan, waktu kamu masih denganku. Boleh jadi langkahmu elok saat itu, ketimbang menunggu bucket bunga dariku yang tak pernah tercium aroma harumnya sedikitpun, lebih sopan rasanya bila kamu menerima bunga ungu-putih dari satu kawanmu yang jiwanya merah menyala tersebut. Sopan, elok, rapi, dan tercium begitu aster-krisan-pikok ketika itu. 

Beruntungnya aku, sudah menjadi Dere bukan lagi Bernadya. Walau dijauhkan dari yang tak ditakdirkan untukku, juga perlu disyukuri. Untungnya aku, yang tidak lagi menaruh hati di satu perempuan yang aku tidak pernah tahu isi hatinya ada siapa saja. Padahal pernah di satu waktu, aku menyesal betul tidak membujukmu dan mengulur waktu agar bisa menyiasati masa perpisahan kita. Untung. Untungnya, aku terlalu lelah untuk melakukan itu semua, syukur. Toh, di bulan selanjutnya, kamu sudah bisa dengan begitu bahagia dan tidak menyesal sedikitpun mengunggah foto gebetanmu disertai emoji cinta sekebun. 

Aku tak ingat kita pernah menanam benih apa sebelumnya, mungkin Dewi Nemesis yang lebih tahu. Dewi keadilan bagi beberapa orang, dan dewi pemberi petaka bagi yang lain. Membaca kepingan naskah drama ini mungkin merupakan keberuntungan bagiku. Setelah berbulan-bulan lamanya mencari alasan untuk sepenuhnya berdamai, naskah ini benar-benar hadir sebagai penyempurnanya. Roman drama yang berakhir gantung dan tidak pernah diceritakan kembali secara lengkap dalam versi apapun. Kini roman tersebut sudah menemukan titik penyelesaian dan antiklimaksnya, yakni perasaan menjadi korban sesungguhnya. Lihainya dirimu, menawannya gebetan barumu, terpesonanya aku melihat tingkah kalian. 

Beruntungnya aku, kamu, dan gebetan-gebetan barumu itu. Mudah-mudahan dirimu selalu bahagia mencintai beberapa pria dalam satu waktu yang sama. Tak usah berpikir karma mana yang akan mendatangimu di kemudian hari, toh, benih-benih yang dirimu tanam sudah begitu banyak sampai-sampai kamu lupa pernah menanamnya. Karenanya, aku ingin membuang satu benih ini agar kamu tidak perlu repot-repot menuainya esok hari. Akan aku cegah juga Dewi Nemesis berkeliaran di kebunmu. Jika Dewi Nemesis masuk ke kebunmu, sesegera mungkin aku mengusirnya dengan sisa-sisa keteguhanku, seraya bilang, 

"Aku memohon dengan sangat, Dewi Nemesis , tak perlulah kau memberi pembalasan untuk wanita rapuh ini, ia hanya wanita kecil yang haus cinta, perhatian, pelukan, belaian, dan ciuman dari pria-pria yang lebih tua darinya. Tak perlu juga kau memberi kesedihan dan petaka yang teramat sangat untuk wanita malang ini, sebab di rumahnya dahulu, wanita rangup ini sudah banyak mengganjal serangan-serangan ayahnya yang seringkali kerasukan setan di siang buta. Dan, jangan juga kau buka aib-aib wanita ringkih ini, kasihan dirinya, aibnya sudah banyak tersebar sampai-sampai teman perempuannya perlahan hilang menjauhinya. Namanya sudah terlalu buruk, Dewi Nemesis. Sungguh, aku yang tidak baik-baik amat begini saja, sudah sangat mengasihaninya, masa dikau tidak. 

Sekali lagi, Dewi nemesis, aku mohon untuk jangan lagi biarkan wanita cengeng ini menderita. Hanya itu doa dan permintaanku untuk saat ini. Soal di kemudian hari, Dewi Hera dan Aphrodite tak kunjung menemuinya, itu hal lain yang masih setengah aku harapkan. Amen."





Raihan Immadu
Tangerang Selatan, 20 Oktober 2024
Selamat Membaca
Selamat Bermain Drama

Komentar

Postingan Populer